Inilah sejarah dan cerita rakyat gunung bromo
Sejarah unik Wisata Bromo, konon pada jaman dahulu kala
ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah, penduduk
pribumi kebingungan untuk mencari tempat tinggal hingga pada akhirnya mereka
terpisah menjadi dua bagian yang pertama
menuju ke gunung Bromo, yang kedua menuju Bali.
Ke dua tempat ini sampai sekarang mempunyai dua
kesamaan yaitu, sama – sama menganut kepercayaan beragama Hindu.
Di sebut suku Tengger di kawasan Gunung Bromo,nama Tengger berasal dari Legenda Roro
Anteng juga Joko Seger yang di yakini sebagai asal- usul nama Tengger itu.
“Teng” akhiran nama Roro
An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri
di percaya sebagai gunung suci.
Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma,orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo.
Sedangkan Brahma itu, adalah
sebutan nama Dewa agung nan suci yang beragama Hindu dan karena kebiasaan logat
bahasa jawanya yang kental sampai sekarang terkenal dengan sebutan Gunung Bromo.
Sedangkan Legenda Asal- Usul Cerita Suku Tengger adalah suku yang
tinggal di lereng pegunungan tepatnya di Gunung Bromo dan Semeru.
Konon pada
jaman dahulu kala keberadaan adat suku tengger dikaitkan dengan kerajaan
Majapahit yang pernah berkuasa pada periode tahun 1293 masehi hingga abad ke 6.
Asal- usul nama Tengger diambil dari nama sepasang suami istri yang bernama Roro
Anteng (teng) dan Joko Seger (ger) yang digabungkan menjadi Tengger sampai
sekarang terkenal dengan Suku Tengger.
Akhirnya kyai Bhima
mempunyai niat untuk melamar Roro Anteng yang saat itu mempunyai rasa pada Joko
Seger, Roro anteng tidak bisa menolak lamaran kyai Bhima begitu saja.
Ada syarat tertentu yang diberikan kapada kyai Bhima untuk bisa
melamar Roro anteng yaitu dengan membuatkan lautan diatas gunung yang harus
diselesaikan dalam waktu satu malam.
Akhirnya kyai Bhima
menyanggupinya dan berusaha untuk membuat lautan dengan tempurung bathok, untuk
mendapatkan air kyai Bhima berusaha membuat sumur raksasa yang saat ini menjadi
kawah Bromo.
Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba,
tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi.
Berarti fajar datang
sebelum waktunya, sesudah itu dia merenungi nasib sialnya.
Rasa kesal dan marah
dicampur emosi, pada akhirnya Tempurung (Batok kelapa) yang dipakai sebagai
alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung
Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang di namakan GunungBatok.
Dengan kegagalan Bajak itu membuat lautan di tengah-tengah
Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan
kekasihnya, Joko Seger.
Kemudian hari, RaraAnteng dan Joko Seger menikah sehingga menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan
mencintai.
Kemudian di putuskanlah
untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada
Yang Maha Kuasa agar di karuniai keturunan.
Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa, semedi mereka akan terkabul namun
dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah
Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya, kemudian di dapatkannya
25 orang putra-putri,namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan
putra-putrinya.
Pendek kata tentang
Sejarah Gunung Bromo | Legenda Bromo
Tengger, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah
dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi
gelap gulita sehingga kawah Gunung Bromo menyemburkan api.
”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh
orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua.
Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Syah Hyang Widi.
Aku
ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang
berupa hasil bumi kemudian di persambahkan kepada Hyang Widi asa di kawah
Gunung Bromo. sampai sekarang kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh
masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan
pasir dan kawah Gunung Bromo.
Masyrakat disana terkenal dengan kerukunannya jarang terjadi
perselisihan dan permusuhan antar sesama.
Semua ini dilakukan
karena masyarakat suku tengger mempunyai kepercayaan dan prinsip perpedoman
kepada nenek moyeng mereka.
Dari nilai nilai positif
pedoman suku tengger ini bisa kita adopsi ke kehidupan kita sehari hari agar
supaya tercipta hubungan sosial yang harmonis antar sesama.
Selain kearifan lokal, pengetahuan dan wawasan kita pun semakin luas.
kebanyakan orang berkunjung ke Objek Wisata Bromo hanya menikmati keindahan
panorama alamnya saja, Sejarah Gunung Bromo dan legenda asal usul cerita suku
tengger menjadi tidak begitu penting
. Padahal tempat wisata alam tidak dapat dipisahkan dari legenda
dan budaya daerah lokasi wisata tersebut berada.
Mari kita menjaga peninggalan
sejarah dari nenek moyang kita, berwisata yang tidak hanya menikmati keindahan alamnya saja tetapi juga mempelajari
kearifan lokalnya dan menjaga kelestarianya.
Dan untuk teman-teman atau sahabat-sahabat yang pencinta alam, jangan
pernah bosan menjelajahi alam Nusantara ini karena, salah satu alam Gunung Bromo adalah alam yangindah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar